Tiada yang mampu memalingkan pandang
Dari kemagisan sebuah rasa
Yang selalu disapa dengan cinta
Itu adalah rahasia alam
Yang tak kan terpecahkan oleh aneka rumus
Hanya hati yang bicara
Tersiksa oleh perasaan asing yang bergelora
Menuntut pelepasan
Pahit atau manis, hanya soal pilihan
Mustahil mengharapkan kebijakan
Pada jiwa yang diperintah cinta
(Indah Hanaco, Rasa Magis Bernama cinta).
***
Affan, diam, hening, menunduk. Kais demi kais kaki, pasir berhambur, kerikil menumpuk, cipratan air dari kerikil yang dilemparkan ke tengah danau itu, riak membulat, pelan menghilang, tak sampai ke tepian.
Ia renungkan matahari, sore ini merah sempurna, menangis. Ia tampakkan rembulan, tak sebongkah bayanganpun dihadirkan, meski senja Juni langit barat biasanya bersih, hanya berjejak merah. Ia tengadahkan mata, bimasakti berpaling sempurna, bukan putih susu, namun putih mata, tak berbias meski danau bersih sempurna.
Siang tadi, pukul dua sore, wanita yang ia lihat di pantai sore minggu lalu, melintas tenang di hadapannya, tak sempat tersenyum, apalagi menoleh padanya. Rambutnya melambai sempurna, wanginya menebar nyata, taburnya menepikan jiwa. Ia terlalu sempurna menjadi wanita biasa.
"Cheiza.....mengapa kau menjelma nyata? Tak cukupkah tigapuluh lima tumpukan surat yang kutumpahkan tentang rasa padamu? Tak cukupkah dua tahun, tak cukupkah duapuluh empat bulan, tak cukupkah pula tujuhratus tigapuluh satu hari yang kulewati ini? Ampun.....diriku kian kalah, total!"
"Maaf....numpang nanya, kalau rumahnya Indah Purnamasari ada dimana yah?," kalimat itu mengagetkannya.
"E.....ap...app...apa..." kelu lidah Affan saat menoleh, wanita itu kini di hadapannya. Harum, wangi, bunga mawar merah menyala.
"Rumah Indah bang, rumah Indah Purnamasari, abang tahu dimana? Kami dari Tanjongpandan, tadi baru datang, mau bertemu Indah, sahabat pena sejak masih SMP bang," jawabnya tuntas, tak ditanya Affan, semua jelas, tegas.
"Indah, kami berteman sejak SMP juga, hingga kini. Dulu waktu SMP diriku berjalan kaki, lima kilometer, tapi hanya seminggu. Indah mengajakku berboncengan dengan sepedanya, diriku mengayuh, dia bernyanyi duduk di belakang, tiga tahun," ucap Affan tak kalah cara, tak mau kalah, meski tak ditanya.
Sayang wajahnya masih merah sempurna, bibirnya biru, gugup. Nafasnya tersengal, untunglah, lima tahun belajar silat dengan pak cik syahdan, membuatnya cepat menguasai diri, hanya tiga menit tersengal, kemudian tenang layaknya Guru Betara Karang.
"Mari kuantarkan".
Sebuah tas ransel kulit berwarna hitam, mainan kunci boneka piglet sebesar telunjuk warna merah muda, dan sebuah bross mawar merah tua melekat di dada sebelah kanan, persis di dekat bahu.
"Boleh saya bawakan tas ranselnya?"
Tak perlu jawaban, ransel itu segera berpindah tangan. Wanita itu tak sempat mengatakan iya, bahkan namanyapun belum sempat diucapkan, perkenalan hanyalah tatapan. Lelaki gagah itu sudah menyandangnya, dengan dada tegap sempurna, lelaki Belitong dari pedalaman, bujang desa.
"Silahkan duluan, rumahnya yang di seberang jalan, warna hijau muda," Affan menggerakkan tangan, mempersilahkan wanita itu melangkah duluan.
Sekelebat, rambut wanita itu melambai sempurna, panjang, wangi. Bau tubuhnyapun jelas nyata, bunga mawar.
"Kembang merak penjejak jiwa, Cheiza Alfinia. Mungkinkah ia memiliki kembaran kedua bunga mawar penguat jiwa?" diam, hening, pikirannya berkecamuk nyata.
Senyum sejenak, dilihatnya langit barat telah menghempas sempurna, matahari meninggalkan jejaknya. Bulan purnama ketigabelas, tapak timur menjelmakannya. Sabuk susu Bimasakti, mulai menari riang di langit selatan. Seolah iringi keharuman mawar yang menjejak di kampung ini, pedalaman Belitong.
Senyum sejenak, dilihatnya langit barat telah menghempas sempurna, matahari meninggalkan jejaknya. Bulan purnama ketigabelas, tapak timur menjelmakannya. Sabuk susu Bimasakti, mulai menari riang di langit selatan. Seolah iringi keharuman mawar yang menjejak di kampung ini, pedalaman Belitong.
Mawar rasa
Bergerak sempurna
Harum
Berayun
Temani angin senja
Meski sejenak
Janjikan malam berbintang
Bertaut terang purnama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar