Minggu, 12 Januari 2014

Waktu adalah Obat Masa Lalu

Kalimat di atas sengaja kukutip dari sebuah ucapan seorang motivator yang sangat inspiratif. Bukan hanya antusiasnya saat membawakan pencerahan, namun banyak kata-katanya yang sangat menggugah dan diluar perkiraan kita, hingga kadang harus kita cerna ulang.

Lantas mengapa kali ini kukutip kalimat inspiratifnya? Ingin menyainginya? Atau malah ingin menumpang popularitas? Tentu saja tidak!

Hal yang sama kukatakan saat mulai menulis beberapa tahun yang lalu. Ada seorang sahabat yang mengatakan padaku bahwa aku mau menumpang popularitas sang penulis Laskar Pelangi. Langsung saja kujawab jelas tidak!
Meski kami berasal dari daerah yang sama, sempat bersekolah di tempat yang sama, juga sepedaku beberapa kali harus memboncengnya sepanjang lebih dari 32 km, namun aku tetaplah aku : lelaki biasa dengan sangat biasa kebiasaannya. Tidak lebih dari  itu. 

Jadi apa yang menjadi alasanku mengutip ucapan sang motivator beken yang selalu muncul di tv setiap minggu malam itu? Sederhana jawabannya : aku, kau, kita, dan mereka di luar sana punya masa lalu. Masa lalu yang bagi sebagian orang hanya kenangan, lalu ingin berulang, karena indah dan manisnya perjalanan. Masa lalu, utamanya saat kita semua masih kecil,  semua saudara kita masih berkumpul,  dan kedua orang tua kita masih ada di hadapan.  Masa dimana kita masih bisa berlari,  mengadu,  bercerita,  dan meminta pada mereka.  Wuihhhh.....

Ada juga yang bila ditanya, tak ingin mengenang masa lalu,  bukan karena pahitnya, namun karena kenangannya. Terlepas indah atau pahit kenangan itu, tetap saja ada bulir-bulir rasa yang terhempaskan dan tertaburkan. Buliran rasa yang bila dibenamkan, akan menimbulkan banyak gejolak rasa tak terhamparkan. Tidak juga aku, kau, kita, atau mereka.

Seorang kawan di awal tahun ini kutanya tentang apa yang diinginkannya di hari-hari mendatang? Ia menjawab," Aku tak ingin kembali seperti tahun lalu. Wibawaku hilang, kehormatanku dipertanyakan, harga diriku jauh di awan, dan tuturanku tak bermakna bagi kehidupan banyak orang".

"Mengapa bisa demikian  kawan?," tanyaku.
"Terlalu dalam yang kurasakan kawan, hanya waktu yang akan menjadi jawaban. Mereka tahu terlalu banyak, namun sayang diriku tahu terlalu sedikit," ucapnya.

"Terlambat bagiku untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan, terlambat bagiku untuk tahu apa yang mereka cibirkan, dan terlambat bagiku untuk tahu apa yang telah mereka tambahkan dalam ucapan," lanjutnya.

"Menitipkan uang sebanyak apapun ternyata pasti akan berkurang, namun tanpa kusadari telah kutitipkan kata dan perbuatan yang selalu bertambah dan terus bertambah, hingga menjunjung tiada terkirakan," dalam tarikan nafasnya kini. Tubuhnya sedikit limbung.

"Tenang kawan, kita semua punya masa lalu yang kadang jauh dari bayangan yang kita inginkan. Kuyakin kau akan kuat, kuyakin kau akan bijak, dan kuyakin kau akan hebat. Meski hanya sesaat, namun pasti akan memberi manfaat".

Ia senyum, lalu menyalamiku.
"Terima kasih kawan, kan kucoba untuk berkhidmat," ucapnya sambil menjauhiku.

***
Potongan cerita tadi cukup sederhana, namun kurasakan begitu sulit untuk mencari kalimat yang tepat untuk menghiburnya, juga untuk menghiburku.

Masa lalu memang kadang tak selalu indah, namun tetap harus indah dikenang. Esensinya bukan hanya itu, namun luapan rasa telah dan akan terus menjadikan kita makin memaknai kehidupan. 

Seandainya waktu itu kutemukan kata-kata yang diucapkan oleh sang motivator tadi, tentu sangatlah tidak sulit baginya, bagiku, bagi kita, dan juga bagi mereka untuk menjalani kehidupan sesudahnya.

Selama ini kita sering mengatakan ucapan klise seperti : biarlah waktu yang akan membuktikan, biarkan waktu berlalu, biarkan mereka mau bilang apa, biarkan saja, atau kalimat lain yang mengarah pada pembenaran diri. Ternyata kalimat-kalimat tersebut tidak cukup untuk menghibur diri, kita masih terseret kaki untuk melangkah!

Sumber: www.sehataja.com
Kini kita punya kalimat lain : waktu adalah obat masa lalu.
Ia memang kadang tidak manis, malah terlalu pahit, namun akan menyembuhkan. Tidak hanya diriku, dirimu, kita, juga mereka, bahkan semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar