Senin, 23 Maret 2015

Take a Breath, and then Take a Break

     "Jenuh.....Jenuh sekali sobat, kali ini Aku benar-benar sudah jenuh!", begitu ucapan seorang sahabat tadi siang. 
    "Ah, jenuh dipermasalahkan. Memang kalau sudah jenuh harus bagaimana? diselesaikan? diabaikan? atau diapakan?", tanyaku.
       "Ya diselesaikanlah....masak dibiarkan!," ujarnya dengan agak kesal.
       " Okelah, kalau mau diselesaikan, baca saja apa yang mau kau baca, nikmati saja apa yang kamu mau nikmati, dan jalani saja apa yang mau dijalani. It's simple friend. You're what u think!"

*****

Bagi banyak orang, obrolan tadi seperti hanya sebuah nukilan cerita kosong saja di jelang sore. Mirip sebuah drama kehidupan yang baginya tak penting samasekali, apalagi harus dimaknai dengan hati bersatunya body - mind - soul; tiga kata mirip tiga serangkai yang baru kunikmati beberapa waktu terakhir ini, itupun mengutip dari ucapan seorang motivator yang secara rutin menghiasi talkshow jumat pagi di sebuah jaringan radio swasta nasional yang cukup keren.

Bagi mereka yang lain, obrolan tadi seperti menampakkan sebagian nukilan cerita kehidupan yang memang benar sedang mereka alami, entah kemaren, atau juga hari ini. Nukilan cerita yang mirip seperti saat mereka sedang berkaca, menampakkan wajah dan tubuh yang sesungguhnya, meski "isi dalamnya" sering sekali tidak mereka kenali samasekali. Refleksi dan warna diri yang kian hari menjadi kian tak mereka kenali.

Jenuh...., hanya lima huruf, namun berdampak besar bagi sebuah perjalanan kehidupan seseorang. Jenuh...., kata yang pada akhirnya akan mengundang banyak kata lanjutan yang kadang hadir tiada diharapkan : kesal, kecewa, sakit, dismotivasi, hingga berantakannya masa depan dan cita-cita. Banyak dari kita pasti sudah menemukannya, mendapatkannya, menjalaninya, dan bahkan merawatnya hingga kini!

Merawatnya? ya! kita telah merawatnya sejak dari bayi hingga menjadi besar, bahkan mungkin hingga menua bersama hidup kita!
Terbayangkan? atau samasekali tak kita sadari dan maknai?

Pada suatu sesi pelatihan, saat salah seorang peserta pelatihan menanyakan hal ini, diriku menjawab :
"Bila kita berenang menyeberangi sebuah danau yang tenang, meski kita telah memilih gaya renang terbaik dan paling tepat kita pilih, tetap saja di tengah perjalanan kita harus mengambil nafas : Take a breath! Nafas yang kita ambil, memastikan akan tersedia cukup banyak oksigen yang masuk dan memenuhi seluruh urat nadi dan sel di seluruh tubuh, juga membiarkan karbon dioksida keluar dari tubuh meluruh kembali bersama alam. Namun janganlah kita menarik nafas lebih banyak dari apa yang kita butuhkan, juga menarik nafas lebih dalam dari apa yang kita inginkan, sebab hal ini akan membuat nafas kita tersengal-sengal, bahkan semakin cepat air masuk memenuhi paru-parumu.Jadi, bernafaslah sesuai kebutuhanmu, bukan keinginanmu, selanjutnya indahnya pulau di tengah danau akan kau nikmati dengan kebahagiaan penuh dan tiada terbantahkan".


sumber gambar : oladoo.com
Kemudian kulanjutkan :
"Bila sudah sampai di seberang, Take a Break! Rehatlah, nikmati indahnya kehidupan, nikmati indahnya perjalanan yang telah kau lewati, dan nikmati riak danau yang telah kau timbulkan hingga ke tepian. Sekecil apapun riak itu, dirimu telah membuatnya, meski kadang bangunan pasir yang baru kau ciptakan rubuh dan hancur diterpa riak itu. Heninglah sejenak, karena dalam hening akan makin kau temukan dan kau maknai indahnya perjalanan. Perjalanan yang sudah kau tentukan awalnya, tengahnya, dan akhirnya, meski kadang belum mampu diraih namun selalu ada banyak keindahan dan kegembiraan di semua perjalanannya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar