Awalnya, ada rasa geli membaca sebaris kalimat di atas pada bagian belakang sebuah mobil pengangkut air isi ulang yang bercengkrama dengan panas dan teriknya sinar mentari siang ini. Deru dan debu, terik dan peluh, klakson dan teriakan yang kadang disertai sumpah serapah, jelaslah selalu menjadi sahabat setianya di sepanjang hari. Kuyakin, tulisan sarat makna ini bukanlah dihadirkan tanpa kesengajaan, apalagi ditemukan tanpa disadari.
Deritamu adalah dosaku....
Seperti merefleksikan beberapa kilasan kehidupan dari banyak lelaki sang empunya jiwa. "Bangun sebelum ayam berkokok, dan pulang selepas semua ayam sudah kembali ke kandang," begitulah ujaran yang dulu sering kudengar dari almarhum bapakku, sang lelaki yang menuliskan. Menuliskan demi jejak diri, menasbihkan jiwa berdiri, dan menapakkan lengan hingga beratus sendi. Kemiskinan, kemelaratan, jelas bukanlah keabadian.
Deritamu adalah dosaku.....
Istri adalah kebahagiaan, anak-anak adalah kebanggaan, dan keluarga besar adalah kerukunan. Mereka adalah sekian perumpamaan untuk tapakkan diri, menggilas kemalasan nurani, menyobekkan dalih tak bernurani, dan menorehkan sifat antara diri. Tak kan tenang bila jiwa terbenamkan, tak kan puas bila otot tak berkalung nyeri, juga tak kan merekah asa bila keringat tak melumat diri.
Deritamu adalah dosaku.....
![]() |
sumber gambar: menjaringimpian.blogspot.com |
Hajarkan diri dari kemalasan, tamparkan diri dari kedalaman mimpi nan jauh dari pemahaman, dan sindirkan sifat menghitung hari. Rezeki bukanlah dicari, rezeki bukanlah jauhkan nyali, karena rezeki adalah jemputan diri. Mereka yang menjemput, merekalah yang menjadi pemilik negeri. Mereka yang melarut, merekalah yang mengisi negeri. Mereka yang melemparkan selaput, jelas merekalah yang menciptakan negeri.
Deritamu adalah dosaku....
Kita menebarkan, kita yang menggelorakan, dan kita yang memprasastikan. Fatamorgana adalah impian bermalas diri, tak kan pernah menepikan goresan tulisan di sepanjang jalan negeri. Hanya penglihatan, kemudian pemikiran, lalu perbuatan, akhirnya pendapatan, dan diakhiri dengan torehan nasib yang telah kita tentukan.
Deritamu adalah dosaku....
Kalimat berderet di sepanjang perjalanan terik hari ini, kini telah kami ubah menjadi :
BAHAGIAMU ADALAH PAHALAKU....!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar