Sudah lebih dari seminggu ini, hampir tiap hari kuikuti Bang Rudi ke lapangan
golf. Berangkat setiap selepas sholat zhuhur, dan pulang menjelang maghrib. Tak
ada sesuatu yang baru, namun kerinduanku pada kenyamanan berbaring di
rerumputan yang hijau dan rapi itu, telah membuatku benar-benar merasa seperti
tidur beralaskan permadani dari Afganistan dan beratapkan langit yang penuh
bintang. Tiada keindahan yang dirasakan, selain indahnya alam yang menaungi
pikiran, menyelimuti hati, dan membalutnya dalam dekapan yang penuh kehangatan.
![]() |
Pantai Pengempangan, skrg pantai Nyiur Melambai (sumber: endabangka.wordpress.com) |
“Fath, yuk kita
berangkat,” Idil berteriak membuyarkan lamunanku.
“Eit Dil, tunggu dulu,
aku pamit dulu pada Umak".
“Mak, aku ke lapangan golf lagi ya?”
“Nah, kau mau berangkat
lagi ya? Jangan ya nak, bantu umak mulai hari ini,” datar jawabannya,
nyaris tanpa intonasi samasekali. Jangankan melihatku, menolehpun ia tidak.
Matanya hanya
melihat sebentar ke arah tumpukan kayu pelawan· yang mulai terbakar di dapur tanah yang baru di buat
bapak kemaren; sebuah dapur sederhana berbentuk segiempat panjang yang lebarnya
tak lebih dari limapuluh sentimeter, panjang kurang dari satu meter, dan
tingginya hanya sekitar tigapuluh sentimeter pula. Empat keping papan yang
sudah lusuh dan setengah rusak karena digigit rayap menjadi bingkai yang
membatasinya dengan tanah liat yang mengisi dalamnya. Dua buah batu gunung
sebesar pahaku diletakkan di kedua sisinya, dan dua buah besi hitam selebar
lima sentimeter menghubungkan kedua batu. Sebuah dandang· hitam tampak mulai mendidih karena tutupnya mulai
terbuka sedikit demi sedikit.
“Oh, mak mulai masak
ketan lagi ya? Untuk buat pulut panggang lagi?”.
“Iya... mulai hari ini
kita harus mulai jualan jajak lagi untuk menyambung hidup. Duit gaji dari
bapakmu sudah habis hari ini, tinggal cukup untuk beli ketan, kacang hijau,
kelapa, dan sedikit kacang tanah. Jadi
memang mulai hari ini kita harus mulai jualan lagi”.
“Cepatlah sini bantu
umak”.
“Ya mak, tapi aku
sampaikan dulu ke Idil kalau mulai hari ini aku tak ke lapangan golf lagi”.
Lima menit kemudian, masih kuingat betapa kecewanya Idil.
Sulit menjelaskan padanya bahwa kehidupanku mulai hari ini kembali harus
bergayut dan bertempur melawan kemiskinan. Kebodohan harap diusir, kemandirian
harap dihadirkan, dan kejayaan harap dihadapan.
*****
“Sreeekkkk.... sreeekkkkk.... sreeeee......” suara khas
sepeda terdengar dengan merdunya.
“Mak... bapak datang”.
Sangat khas memang suara rantai sepeda itu, karena sudah
lebih dari setahun rantainya tak pernah diganti. Hampir setiap hari harus
diminyaki oleh Bapak, agar rantainya tidak kaku dan agar tidak mudah lepas dari freewellnya.
Serangkaian siulan indah lalu muncul dengan sendirinya,
itulah siulan bapak yang sangat memikat hati. Pelan namun pasti, segera dapat
kueja lagu yang sedang ia dendangkan dengan siulannya, “Sendiri.... kini aku
sendiri lagi... hanya bertemankan mimpi-mimpi... dan menangis... kututup....
pintu hatiku untuk cinta...”
Entah sejak kapan bapak menyanyikan lagu ini dengan
siulan, namun kami semua sangat faham bila siulan terdengar, itu pertanda
hatinya sedang bahagia. Hampir semua anak-anaknya tahu persis lagu-lagu favorit
yang sering disiulkannya : Sepanjang Jalan Kenangan, Pertemuan, Teluk Bayur,
Patah Hati, Sebiduk di Sungai Musi, dan tentu saja lagu yang tadi baru
dinyanyikannya yang tak pernah kutahu apa judulnya. Ia bahkan cukup menguasai
lagu-lagu barat dan sering pula menyiulkannya seperti My Way, Dont Forget to Remember, dan Sailing.
Beberapa diantara lagu itu adalah lagu yang paling sering
didengarnya dari biola yang sedang digesek oleh kakekku di zaman tahun
empatpuluhan, dan selalu bapak siulkan hingga saat ini terutama sejak kakek
meninggal saat usianya baru menginjak tigabelas tahun. Siulan yang selalu
diperdengarkan Bapak kala rindu pada Kakek, mengganti kesedihan dan kenestapaan
dengan kebahagiaan dan penuh harapan!
· pelawan : sejenis kayu bakar (lihat kamus)
· dandang : panci besar utk merebus air, ketupat
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar