Sabtu, 30 Juni 2012

Mana Jejakmu??


Sudah berapa tahun usiamu?
Tahukah kau kapan dirimu akan meninggal?
Seandainya dirimu mati hari ini, adakah yang mengenangmu?
Apakah hidupmu akan dikenang orang setelah dirimu meninggal?
Adakah jejak hidupmu memang sudah ada hingga dikenang orang?
Mengapa dirimu tak meninggal jejak untuk orang banyak?
Sudahkah waktumu yang singkat ini telah dimanfaatkan untuk kehidupan banyak orang?
Tidakkah dirimu akan menyesali hidupmu tak berjejak ini?
Sudahkah kau yakini bahwa dirimu akan dikenang?
Yakinkah?
Sungguh?
Benar?
??????
????????
??????????

Puluhan pertanyaan tiba-tiba muncul di keheningan malam ini. Tak mampu kujawab satupun, kecuali pertanyaan pertama : usiaku sudah empat puluh tahun dan belum meninggalkan jejak apapun. Selebihnya jawabannya gelap, jauh lebih gelap dari malam ini.

sumber: baltyra.com
Bulan sabit malam ketujuh baru saja kembali ke peristirahatannya, ia kini benar-benar telah meninggalkan jejak. Memberikan kerinduan bagi beberapa penjaga malam yang baru saja memukulkan pipa besi ke tiang listrik. Jejak yang sesungguhnya akan terus dilakonkannya esok malam, kembali menerangi semesta alam dengan kegembiraan. Kurasa ia memang sangat gembira karena setiap malam diberikan keleluasaan oleh Sang Maha Pengatur untuk kembali menunaikan tugasnya, terang benderang adalah hakikat hidupnya.

Duapuluh delapan hari siklus hidupnya; lahir, menjejak langit, menawarkan senyum dengan sebilah sabit, lalu membesar menjadi dewasa, hingga mencapai kegembiraan dalam kematangan jiwa berbentuk bulat sempurna, akhirnya kembali mengecil, dengan mata yang semakin menyipit, dan menutup diri dengan memejamkan mata sepenuh jiwa. Menghadap Sang Maha Pemilik memohon untuk dilahirkan kembali demi tunaikan kegembiraan esok hari. Ia hanya hening semalam saja, mengumpulkan energi sepenuh jiwa, untuk lahir kembali esok hari sebagai wujud yang sama : bulan baru!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar