Setengah enam pagi, suara itu sudah menggelegar di sekeliling kampung, membangunkan yang sedang tidur, mengingatkan yang belum sholat subuh, dan menyemangati setiap orang untuk segera mengungkapkan mimpi.
Simpang toko Apen sampai simpang toko Asen, dua kilometer lebih dilaluinya setiap hari. Tak beralaskan sandal, juga tak beralaskan sepatu, ia hanyalah berkaki ayam. Dulang• lebar bertutup daun pandan dijunjungnya, kue bersusun rapi menggoda selera. Apam rendang menggugah rasa, kumbu kacang tebal manis tercipta, ruti guring yang garing renyah dirasa, dan nagesari menelan potongan pisang raja putih berseri.
Ia bukanlah dari keluarga yang seharusnya kekurangan menurut pandangan banyak orang. Orang tuanya adalah seorang Staf penting di UPT Belitung, mobil dinaspun selalu dibawa pulang ke rumah. Hanya ada dua orang staf di kampungku, beliau dan seorang lagi tinggal di hilir kampung. Saudaranya memang banyak, bahkan ada yang kuliah ke tanah Jawa. Namun itu juga tak mengharuskannya untuk mengisi hari-hari berjualan kue keliling kampung. Umaknya harus bangun tengah malam mempersiapkan segalanya, dari mulai bekal untuk suaminya hingga kue yang sudah harus siap dijual selepas subuh menjelang.
Hanya karena bapaknya yang selalu berupaya menjunjung kejujuran, dan selalu berupaya membawa rezeki yang halal dan baiklah yang mengharuskannya berkeliling kampong sepagi mungkin berpacu waktu karena jam setengah tujuh pagi ia harus segera berangkat sekolah.Satu-satunya fasilitas orang tuanya yang digunakannya hanyalah bersekolah di SD PN Gantong yang hanya diperuntukkan bagi keluarga staf timah. Selebihnya ia hanyalah seorang anak kampung biasa, penggembala kerbau, dan penjaja kue keliling kampung.
“Jajak..!” berteriak bang Farabi di pagi buta itu dengan mulut masih berkumis; bukan kumis sesungguhnya, tapi kumis dari tilar• yang sudah mengering. Nyenyak tidurnya semalaman, bahkan kutu busuk yang kekenyanganpun tak dihiraukannya. Bekas gigitan dan bau busuk kepinjit• yang mati ditindihnya juga masih menyengat. Sungguh pemandangan yang menggelikan namun menyenangkan tiada bandingan; kumis tilar beraroma kepinjit penyejuk pagi!
syair kejujuran dan keikhlasan...tak pernah mengenal batasan....dimulai dini pagi hingga malam hari...tak pernah sia2..tak akan pernah rugi karenanya... yakin akan berbuah manis diujung cerita manusia..karena yng menilai adalah TUHAN pemilik alam semesta..
BalasHapuspotongan cerita yang cukup menggugah.....
@Fitri: kisah apam rendang selepas subuh, membangunkan diri yang asyik memeluk mimpi, menyadarkan hati bahwa hidup itu selalu harus diperjuangkan sejak dini. Tak kan pernah ayam mendahului kita menjejak bumi... tks
BalasHapus