"Menulis buku dan menjadi motivator adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan saya"
(Izadian Zaini Fahroji)
------
Dua bulan, blog ini nyaris tak bergores sedikitpun. Mimpi berlarut dalam lelap malam, berkarung harap makin berkerakap dalam gelap, dan kerinduan jejak kian bertampuk dalam gelar mata tak berperinduan.
Dua bulan menari dalam mimpi, tak sebongkah langkah berprasasti dalam diam, dan nyali kian berjejak dalam nalar tak bersendi. Hanya ada gelap, nyamuk bernyanyi kian merdu, hingga larut mengkerutkan asa kian terbenam.
Dua bulan, mimpi itu bersalut kian dalam. Hingga sore ini, keterbangunan bersandi diorama kehidupan yang terhutang di sepenggalah nyali. Dua bulan tidaklah lama, dua bulan tidaklah sama, dan dua bulan tidaklah bermata. Namun dua bulan, tidur yang panjang bagi seorang pemimpi sejati. Dua bulan dilewati tanpa nyali bertarian. Dua bulan yang berharap sirna selepas kalimat berteguh dari seorang pemberi motivasi.
Membaca nukilan kalimat Sang Motivator, seperti berkaca pada diri. Ia kini sudah bukan pemimpi, telah dijejaknya banyak negeri berpelangi. Juga telah ditebarnya banyak kata bijak berperi. Mungkin sudah puluhan ribu hari, ribuan minggu, ratusan bulan, atau puluhan tahun. Mungkin pula ia telah memulainya jauh sebelum diriku memulai, mungkin pula ia justru mempersilahkan diriku untuk memulai, namun akhirnya diriku tetap tertinggal. Bukan untuk ditinggalkan, namun karena diriku tak menyadari telah meminta ditinggalkan.
Tak ada tautan nyawa, tautan rasa, apalagi tautan kata. Diriku adalah lelaki di sepenggalah waktu, diriku adalah lelaki di sekelumit mimpi, dan diriku adalah lelaki di penghujung mimpi. Hanya bermimpi, meski ribuan hari telah menghias diri dengan banyak kalimat motivasi.
Motivasi untuk menyemangati, motivasi untuk memberi, dan motivasi untuk menghiasi hari. Jejak hari ini, jejak esok hari, dan jejak di kemudian hari. Jejak raga, jejak rasa, juga jejak jiwa.
Ribuan hari, banyak kalimat mimpi yang telah disemburatkan. Ribuan hari yang sesungguhnya banyak bermakna bagi ratusan atau ribuan jiwa tak bernyali, hingga mereka menjadi petarung sejati. Mereka yang menjejak negeri, kian hari kian nyata mewujudkan mimpi. Langkah berurai bertatap tegap, karena mimpi telah mereka raih kini.
Akan halnya diriku, tetap berdiri disini. Mengenang mimpi yang kian mengabur, namun kembali harus diperjelas dan diwarnai. Menjadi motivator bukanlah sebiduk mimpi, namun biduk penulis adalah mimpi di senja hari.
Menemukan kebijaksanaan adalah sebuah proses panjang, dan diriku sedang berproses meski hingga penghujung hari. Menciptakan keabadian di penghujung diri, jelas seberkas mimpi yang kian ditatahkan. Sekali berarti, sudah itu mati. Kalimat berpuisi ini akan terbantahkan bila tulisan dan narasi telah terciptakan.
"Menulislah, selanjutnya biarkan tangan Tuhan memelukmu dalam keabadian"
-Ase El Kalami-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar