Di Ramadhan ini
Aku menjadi saksi
Atas tetesan
airmata seorang Bapak untuk anaknya
Kasih sayangnya
sepanjang hayat
Tak kan lekang
meski wajah makin bergurat
Tetesan keringat
penuh warna yang telah ia buat
Tak kan pernah ia
sesali
Tetesan darah
yang telah ia penuhi
Itulah wujud
kasih sayangnya yang tiada tertuturkan
Tak kan lekang
meski dunia terus menerjang
Hingga kehidupan
akan dipenuhinya dengan kebahagiaan
Di Ramadhan ini
Aku menjadi saksi
Atas airmata
kehidupan seorang adik untuk sang abang
Tubuh yang dingin
menjelang malam
Meski digoyang,
iapun tetap tak meradang
Tetap hening
Tetap diam
Tetap tak
bertutur
Hanya senyuman
Hanya tangan
bersedikap
Ia telah
bersholat menghadap Sang Maha Pemilik Nyawa
Sang Maut telah
menjemputnya dengan penuh kebanggaan
Ia Pemuda soleh
yang sangat dirindukan Tuhan
Tak kan pernah
panjang usianya
Ialah kekasih
tiada terhingga
Di Ramadhan ini
Aku menjadi saksi
Atas airmata
kebahagiaan bercampur duka tiada terhalang
Seorang sahabat
telah menghadap Sang Maha Kuasa dengan penuh kebanggaan
Ashar itu begitu
indah
Duduk bersimpuh
ia dalam zikir yang dalam
Hingga tak
didengarkannya lagi panggilan sang anak selepas mandi
Hingga tak
dihiraukannya pelukan dan tangisan sang istri tercinta
Ia telah
menghadap Sang Maha Pemilik Jiwa
Sore duapuluh
tujuh Ramadhan
Puasa itu telah
menghantarkannya
Puasa itu telah
memenuhi doanya untuk selama-lamanya
Di Ramadhan ini
Aku telah menjadi saksi
Atas orang tua
yang bahagia melihat bijaknya sang alam memelihara keluarganya
Atas airmata tak
terhingga mendengar banyak tuturan para bijaksana
Atas dada yang
berbangga merasakan indahnya Ramadhan di penghujung usia
Ia terus
berucap
Empat kali
khatam sepanjang puasa
Cukuplah
bukti kuatnya jiwa bersiap menghadap Sang Maha Pemilik Rasa
Atas banyak
gejolak rasa seorang lelaki jelang lansia
Atas banyak
tuturan bernurani
Atas banyak
tetesan makna diri
Selembar sajadah
sering menjadi penyejuk di tengah malam
Curahan hati sang
lelaki hanyalah dimaknai Sang Maha Pemilik Hati
Gundah gulana itu
memang belumlah tuntas
Resah gelisah itu
memang belumlah tumpas
Hanya sedikit
riak
Ia sangat
menyadari
Inilah gejolak
rasa lelaki jelang lansia
Di Ramadhan ini
Aku menjadi saksi
Atas banyak
pikiran
Atas banyak
tuturan
Atas banyak hati
Atas banyak rasa
Bersalut dan
bertaut
Berkulit dan
mengeriput
Menetes dan
mengalir
Tautan demi
tautan itu akan terus melaju dan berpacu
Hanya pikiran,
tuturan, hati dan rasa yang akan menjadi jangkar diri
Jangkar kehidupan
agar kapal yang berlayar tak lupa untuk bersauh sejenak di tepi bumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar