Sabtu, 26 Mei 2012

Pertemuan dengan Sang Penyair

"Rencana manusia jelas tak pernah sebaik rencana Sang Maha Perencana. Skenario kehidupan jelas bukanlah sebuah proses yang kebetulan, semuanya sudah direncanakan oleh Sang Maha Perencana. Kita sebagai manusia hanya menjalani semuanya dengan penuh keikhlasan".

Kali ini ingin kuceritakan sebuah pertemuan yang sangat luar biasa dengan Sang Penyair itu, ia pekerja seni yang beberapa tahun lalu baru kudengar namanya, namun kemudian menjadi nyata dan ada di hadapan mata saat campaign "Yin Galema" pada akhir tahun Duaribu sembilan lalu di sebuah toko buku terkenal di Palembang. Pertemuan pertama yang sangat berkesan, karena saat melihatnya seperti melihat sebuah energi yang sangat luar biasa, kekuatan tuturan itu memang ada disini.


Saat itu, "Syair Keranjang Pempang" baru memasuki bulan kelima penulisannya, nyaris belum sampai duaratus halaman. Sebuah perjalanan penulisan yang sebelumnya pernah kuragu untuk melanjutkannya, bukan karena ketakutan akan dihantam badai kritik dan cemoohan banyak orang, namun lebih karena kekhawatiranku banyak tuturannya yang menjadi jauh dari kearifan lokal negeri Belitong.

Namun saat kukatakan kekhawatiranku pada beliau, dengan tersenyum ia berkata, "Tuliskan saja apa yang mau kau tuliskan, selanjutnya biarkan tangan Tuhan yang menyelesaikannya". Pelan namun pasti, Syair Keranjang Pempang mulai menemukan wujudnya.Lembar demi lembar mulai menemukan bentuknya, tuturan demi tuturan mulai kugoreskan dengan penuh kemantapan, dan alhasil....enamratus delapan puluh enam halaman akhirnya mencapai bentuknya!

Tangan Tuhan, jelas ini kurasakan saat jari ini mulai menarikan tuturannya di qwerty ini. Semua mengalir, hanya perlu memulainya, maka selanjutnya tangan Tuhan yang akan melanjutkannya. Persis sebagaimana yang telah dikatakan oleh beliau.

Mau bukti? saat ini belum saatnya kukatakan bahwa di tengah keheningan malam saat tuturan demi tuturan menggores pada Syair Keranjang Pempang, ada banyak wujud dan tuturan yang kudengar langsung. Bukan hanya tuturan kearifan, namun juga tuturan koreksi. "Aku tidak sebagaimana ungkapan dan sangkaanmu," kadang kalimat demikian kudengar langsung berupa bisikan di telinga kananku. Sebuah perjalanan spiritual yang nanti akan kutuliskan dalam cerita khusus.

Tiga hari yang lalu, tepat tanggal duapuluh tiga mei kembali Tuhan mempertemukanku dengan beliau. Hari dimana beliau sedang berulang tahun, dalam keheningan suasana rumah yang membuatku merasa iri; iri dengan begitu kuatnya energi yang merangsang diriku untuk menarikan qwerty, berimajinasi memenuhi ruang gerak dan waktu dengan banyak tuturan kearifan yang kuinginkan.

Ada sebuah kebanggaan yang luar biasa saat bertemu dengannya, dua setengah tahun akhirnya mampu kuberikan sebuah buku yang semula sempat kuragu untuk kulanjutkan tulisannya. Syair Keranjang Pempang kini ada di tangannya, seorang Penyair Negeri, Pekerja Seni yang sangat luar biasa, baik secara lahir maupun secara bathin.

Entahlah apa yang ada dalam pikiran beliau saat kuberikan buku itu padanya, hanya sebuah kalimat singkat kugaris bawahi,"Banyak cara kita menuturkan dan menceritakan kearifan negeri Belitong, dan dirimu telah menuturkan dengan cara yang indah".

Alhasil, tak ingin diri ini membusungkan dada. Kesombongan itu tak pernah ada dalam tuturan Syair Keranjang Pempang, maka dalam wujud nyatapun diriku tak boleh menampakkannya.

Sebuah ucapan ikhlas kusampaikan pada beliau,"Bang Ian, terima kasih telah banyak membantuku dengan banyak inspirasi, keheningan, dan renungan. Terima kasih hingga akhirnya tuturan dari banyak orang yang ingin kututurkan akhirnya mampu kututurkan. Permintaan mereka telah kupenuhi".




2 komentar:

  1. Syair...tuturan sebuah kisah yang terangkai dengan kata2 indah penuh makna..walaupun kadang tidak semua hati dapat mencerna dengan mudah..tetapi misteri dan energi yang dipancarkan telah membuat syair juga adalah ilmu yang tak kalah penting untuk kearifan sebuah prjalanan.
    Penyair..dialah yang telah menciptakan syair...dia yang merangkai begitu banyak peristiwa dengan mata hatinya...dan
    suatu kebanggaan kalau akupun bisa bertemu dan menyerap energi yang luar biasa dari seorang penyair...karena disana akan ada kejujuran..
    Salam hormatku buat bang Ian sancin dan Bang Aswin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Ida: tuturan berjiwa akan lahir dari jiwa yang berjiwa, energi terangkai tergores dalam cerna diri dalam hening, perjalanan yang indah sesungguhnya adalah mencipta tuturan dalam rangkaian kata bergelora, meski keheningan itu sendirilah makna dibalik rangkaian kata.... salam hormat jg utk kak Ida dgn segenap rangkaian kata nan berjiwa pula. tks

      Hapus