Minggu, 13 Mei 2012

SKP terus bermetamorfosis memenuhi kodratnya

Ada sedikit kesulitan untuk menuliskan ini, namun nampaknya memang harus kutuliskan mengingat sejak prelaunch "Syair Keranjang Pempang" seminggu yang lalu, cukup banyak curahan hati dari banyak sahabat. Beragam yang mereka katakan, namun sebagian besar semuanya bermuara pada "Mengapa Syair Keranjang Pempang hanya dijual di www.nulisbuku.com dan tidak dijual di toko buku umum".

Beberapa hari yang lalu, seorang teman berdiskusi denganku. menurutnya harga buku ini dapat lebih ditekan sedemikian rupa hingga akan lebih mudah didapatkan. Bahkan bukan hanya di toko buku, setiap pemesanan khususpun (peminat memesan langsung ke Penulis) dapat langsung dipenuhi dan diberikan harga khusus dan lengkap dengan tandatangan dan kata penyemangat dari Penulis.

Ia menyodorkan salah satu solusinya : real self publishing, pakai modal sendiri. Harga lebih murah, pakai marketing sendiri, "titip" di toko buku, roadshow diatur sendiri, dan harga juga diatur sendiri. Keuntungan? jelas lebih besar! Resiko, juga lebih besar! Hukum ekonomi memang berlaku disini.

Senang kudengar sarannya, bukan karena itu salah satu solusi terbaik yang menurutnya bisa ditempuh, namun itulah salah satu cara agar Syair Keranjang Pempang dapat lebih mengglobal dan tak terkesan eksklusif.

Langsung kuterima? jelas tidak, namun diriku sangat berbangga memiliki sahabat yang sangat peduli pada diriku dan Syair Keranjang Pempang yang sedang memenuhi kodratnya. Kodrat yang bagi sebagian orang akan menjadi sebuah buku yang "booming" dan menjadi "trending topic". Sesuatu yang tak pernah kupikirkan sejak awal, karena bagiku bukan itu tujuan kutulis buku ini.

Ada juga seorang sahabat menyarankan agar buku ini diserahkan saja secara bebas kepada Penerbit Umum yang berminat. Selanjutnya biarkan Penerbit itu yang memenuhi kodratnya. Simpel sih sarannya, namun jelas sangat tak simpel perjalanannya.

Saran lain? cukup banyak, namun intinya adalah meringankan apa yang kupikirkan dan kurasakan, begitu menurut mereka. Sayang, belum ada satupun diantara mereka yang menanyakan mengapa buku ini kutulis dan kuterbitkan dengan cara yang agak berbeda dari beberapa Penulis Belitong yang sudah ada. Padahal inilah yang paling penting untuk mereka fahami, karena dasar inilah yang menjadi pijakan awal lahirnya buku ini.

Sesungguhnya, buku ini kutulis adalah demi baktiku pada tanah kelahiran. Memberikan naskah lengkap pada keluarga terdekat dalam bentuk "skripsi Syair Keranjang Pempang" di akhir tahun lalu bagiku jelas sudah merupakan bukti bahwa Syair Keranjang Pempang telah memenuhi kodratnya. Selebihnya adalah bonus dari Yang Maha Kuasa.

Buku ini memang hanya tiga bulan berdiam diri dalam bentuk skripsi, dan di awal Mei ia sudah merintis diri menjadi sebuah buku novel yang dapat direngkuh oleh banyak orang di luar keluarga, kerabat, dan sahabat dekat. Cover membungkusnya menjadi indah, taburan kertas HVS menjadikannya putih bersih dan rapi dipandang, dan ketebalannya hingga 688 halaman menjadikannya mirip sebuah buku suci dari negeri Belitong.

Kearifan lokal itu akhirnya menjelma menjadi sebuah buku eksklusif dengan harga yang eksklusif, diterbitkan oleh Penerbit eksklusif, dan tentunya untuk Pembaca eksklusif karena harus bersedia berkorban banyak hal : uang dan kesabaran.

Semoga bukan kekecewaan karena alur di Syair Keranjang Pempang tak seperti novel kebanyakan yang banyak memuat kisah cinta, dan happy ending di akhir cerita. Syair Keranjang Pempang tetaplah menjadi sebuah novel perenungan, novel kehidupan, novel kenangan, dan novel kebahagiaan atas banyaknya kemirisan hidup yang saat ini banyak kita temui di sekeliling kita.
Syair Keranjang Pempang kini terus memenuhi kodratnya, terus dan terus hingga akan bermetamorfosis menjadi banyak bentuk. Mungkin suatu saat ia akan terpajang dengan bangga di sebuah rak buku di toko buku terkenal, mungkin juga ia menjadi buku langka yang hanya terpajang eksklusif di rak buku pribadi, hanya dimiliki beberapa orang saja yang memesannya di nulisbuku. Mungkin juga nanti ia hanya dibaca secara lengkap oleh beberapa orang saja, orang-orang terdekatku. Itupun mungkin karena mereka mendapatkannya secara khusus dariku.

Namun bisa juga buku ini kemudian melengkapi takdirnya menjadi buku yang menjadi perdebatan baru di dunia sastra, karena ia meninggalkan banyak kaidah kesusasteraan alami. Nyaris belum ada sebuah buku novel yang mengangkat kisah nyata dimana di dalamnya ada syair, pantun, dan repetisi yang diujarkan dalam tuturan sederhana berbungkus kearifan lokal.

Kini, Syair Keranjang Pempang akan terus berjalan memenuhi takdirnya. Terima kasih pada Kerabat dan Sahabat yang telah ikut dalam proses metamorfosis buku ini. Semua yang telah dilakukan oleh kerabat dan sahabat, jelas sangat bermanfaat untuk buku ini.

Semoga!




2 komentar:

  1. Butiran batuan kecil di antara batuan besar, tak hanya kelengkapan mozaik yang mengukuh-indahkan pandangan tapi merupakan kesatuan yang tak terpisahkan... Keranjang Pempang tersandang di 'kerite angin' (kertangin) tak pula hanya membawa beban tapi ada kehidupan panjang di dalamnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. @bang Ian "Sang Lebai" dari Belitong: Tks banyak bang, Tuhan telah mempertemukanku dengan abang dengan cara yang tak pernah kuduga. Ada semangat yang sangat luar biasa saat membaca tuturan "Yin Galema".
      Syair Keranjang Pempang memcoba untuk menuturkan kehidupan apa adanya, mungkin masih jauh dari pantas dan tepat bagi seorang Penyair dan Pekerja Budaya.
      Namun seperti mozaik kehidupan yang tercipta dari potongan-potongan kehidupan yang tersebar dan terhampar, diriku mencoba untuk mengumpulkannya melalui tuturan tokoh-tokoh sederhana di Kampong. Terima kasih untuk semua semangat dan inspirasinya.

      Hapus