Beberapa waktu yang lalu, seorang teman di dalam salah satu situs jejaring di dunia maya menanyakan hal yang sama dengan judul di atas. Pertanyaan yang sebetulnya telah sering ditanyakan oleh mereka yang tertarik dengan "Syair Keranjang Pempang".
Untuk itulah tujuan disampaikannya tulisan ini.
Sebagaimana halnya dengan proses kehidupan, kita semua tentu tak hadir secara tiba-tiba dalam bentuk sempurna seperti saat ini. Semua bermula dari setetes air yang berisi sel benih (spermatozoa), kemudian bertemu sel telur (ovum), hingga kemudian terus dan terus berproses menjadi zigot, fetus, bayi, anak-anak, remaja dan akhirnya menjadi pribadi dewasa.
Demikian pula halnya dengan nama Penulis, ada satu rangkaian proses yang cukup panjang hingga ditetapkan nama tersebut.
Ase El Kalami merupakan nama sastra dari Penulis. Penggunaan nama ini sebetulnya tidak terjadi tiba-tiba, namun melalui banyak rangkaian proses yang cukup panjang.
Ase, nama ini adalah inisial nama keseharian dalam pekerjaan rutin sehari-hari. Nama yang secara khusus diminta oleh "Kakek Guru" agar diriku yang merupakan "Anak Murid ke-13" dapat nama panggilan yang sederhana, mudah, dan bermakna.
Ase, selain singkatan dari nama Penulis, juga berarti "mempercepat reaksi" bila digabungkan dengan satu senyawa atau zat tertentu. Ase menjadi penanda untuk katalisator dan enzim. Misalnya Amilase, yang merubah amilum/karbohidrat menjadi glukosa. Kehadiran Ase menurut harapan mereka akan dapat menjadi "agent of change" sebagaimana misalnya glukosa yang kemudian akan diserap oleh tubuh, memberikan energi untuk otot-otot tubuh, menjadi cadangan glukosa di hati, bahkan kemudian berubah menjadi lemak untuk cadangan energi ataupun protein menjadi zat pembangun tubuh.
El-Kalami, tambahan nama ini juga tidak muncul secara tiba-tiba. Ada pengalaman "spiritual tersembunyi" saat ditemukan nama ini. Ia adalah nama sastra almarhum Bapakku, yang muncul saat novel kehidupan ini sedang ditulis di tengah keheningan malam. Untuk mengingat proses inilah, maka di dalam salah satu judul dalam novel ini juga diselipkan perjalanan spiritual ini.
Secara khusus Ase El Kalami berarti "Seseorang yang mempercepat reaksi dengan menuliskan makna kehidupan". Hal ini tak lepas dari keseharian Penulis sebagai seorang Trainer. Sebagaimana salah satu tugas trainer yaitu menebarkan pelajaran dan makna kehidupan dalam setiap sesinya, maka novel ini dimaksudkan sebagai "learning", karena manusia belajar melalui dua hal yaitu "self learning" dan "experiential learning".
Untuk mempercepat kita menangkap makna kehidupan, kita tak harus menjalani semuanya (self learning), namun belajar dengan memaknai pengalaman-pengalaman orang lain (experiential learning) menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Aswin Elfazuri..
BalasHapusmeskipun saya bukanlah orang yang paham dan mengerti sastra,tetapi setiap manusia dianugerahkan sebuah hati yang memiliki satu sisi yang bisa disentuh oleh kelembutan kasih sayang,keindahan alunan simphoni,kehalusan tutur kata dan rangkaian kata penuh makna...
Apapun itu semuanya adalah proses,nilai tertinggi dari sebuah keinginan...dan setiap satu kata mengandung makna,dan satu nama terkandung doa didalamnya...Ase el-kalami...
Selamat yee win...aku bangge punye sedare yang mampu menangkap makne dari kehidupan dan menuangkan e dalam bentuk tulisan...
@Fitri: kebahagiaan utamaku adl dapat bertutur ttg banyak kearifan di Belitong, ini salah satu wujud cinta tanah kelahiran yang tak kan pernah pupus sampai kapanpun. Selebihnya misalnya ada apresiasi dari kerabat, sahabat, dan dari siapapun menjadi sebuah bonus untuk melangkah lebih baik dlm memperbaiki diri.
BalasHapusMenulis itu spt menciptakan dunia penuh warna warni, semakin berwarna tentu akan semakin indah. Sulit kukatakan perasaan hati dalam 1 minggu terakhir ini. Namun apapun itu, kehadiran tulisan dan buku ini pada akhirnya diharapkan dapat menjawab sedikit kerinduan kita akan tanah kelahiran. Semoga, amien (btw senang kamek jumpa dgnmu)