Kamis, 11 Februari 2016

Cerita Sejengkal Tanah

Kala anak-anak
Kita berkata," Orang kaya itu punya uang semilyar, tumpukannya setinggi rumah, ditutupi terpal tebal agar tak basah kala hujan, dan berkerut kala panas".

Di jelang remaja
Diriku berkata," Orang kaya itu bisa berganti baju sesuka hati, seragam sekolahnya penuh selemari, berangkat sekolah naik motor atau diantar mobil jemputan, dan tiap kali jajan tak perlu menunggu lapar".

Di saat remaja
Diriku berkata,"Orang kaya itu baunya wangi, dikerubungi banyak kawan nan cantik, berjaket kulit hitam dengan rambut bergaya tokoh idola, dan di waktu libur berplesiran ke luar kota, hingga kadang saat pulang nyaris seminggu tak kudengar ia berbahasa kampung".

Di jelang dewasa
Diriku mendengar beberapa orang berkata," Orang kaya itu sedikit bermimpi namun mewujudkan mimpi, menjelajahi banyak negeri, menikmati banyak cita rasa berlidah kata, dan taburkan cerita yang kadang membuat kami bermuram durja".

Di saat dewasa
Pernah kudengar seseorang berkata,"Orang kaya itu melambat dewasa karena berendam dalam kemanjaan dan kenikmatan dunia, melambat mandiri karena orang tua yang mengeloni, dan kadang ber-ego sendiri meski tak lagi sendiri".

Di jelang lansia
Baru tadi kudengar," Orang kaya itu tak melewati hak orang lain, meski hanya sejengkal tanah. Tak mendahului maksud orang lain, meski ia sendiri kian memahami akhir tuturan. Tak menganggap kekurangan adalah kemiskinan, karena kelimpahruahan jiwa banyak mereka miliki. Juga tak menunda memberi, karena milik mereka adalah apa yang mereka milki, bukan yang ada di dalam pundi-pundi berbalut pualam bermutu manikam".

Di radio ini
Kudengar nyanyian : "Orang kaya mati, orang miskin juga mati. Raja-raja mati, rakyat biasa juga mati Semua mati, menghadap Illahi.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar